Info Sekolah
Jumat, 25 Apr 2025
  • Fathimah International Elementary School
  • Fathimah International Elementary School
30 Oktober 2024

PERAN SOFT SKILL MAHASISWA TERHADAP KESIAPAN KERJA BAGI MAHASISWA SEMESTER AKHIR PRODI PGSD STKIP PGRI SUMENEP

Rab, 30 Oktober 2024 Dibaca 124x

Oleh Sama’1, Rate Seftinindias2

Abstrak

Perguruan tinggi memiliki kewajiban unruk mentransfer ilmu pengetahuan (Transfer of Knowladge) terhadap mahsiswa dan memiliki tanggung jawab yang besar membekali mahasiswa selaku calon tenaga kerja profesional dengan keterampilan soft skill untuk menyiapkan diri dalam dunia kerja yang di butuhkan. Untuk menghasilkan lulusan yang profesional, berkualitas dan berkompetensi di dalam dunia kerja, maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis yang memungkinkan lulusan atau output dari perguruan tinggi mampu melakukan pekerjaan dengan baik tanpa adanya hambatan, rintangan baik sebagai tenaga pendidik maupun non pendidik STKIP PGRI Sumenep merupakan satu-satunya Kampus LPTK dibawah naungan PGRI. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang fokusnya adalah bagaimana mencetak guru sekolah dasar yang unggul dan mampu bersaing di dunia kerja yaitu menjadi pendidik. Untuk menyiapkan mahsiswa menghadapi dunia kerja setelah lulus, maka mahasiswa di bekali berbagai ketrampilah baik hard skill maupun soft skill. Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya unggul di dalam hard skill saja melainkan juga harus disertai dengan karater, moral, soft skill yang unggul, karena soft skill sebagai penunjang mahasiswa untuk dapat survive di dunia kerja.

Kata Kunci : Soft Skill, Kesiapan Kerja, Bidang Pendidikan

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sebuah proses mendewasakan, menyiapkan seseorang untuk menjadi insan kamil. Pendidikan dimaksudkan agar bisa membantu manusia untuk berkembang menemukan jati dirinya, pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal dalam berbagai aspek kepribadian dan menjadi manusia yang dewasa di tengah-tengah masyarakat. Pemerintah berusaha membangun bangsa dan negara dan mengembangkan seutuhnya, oleh karena itu negara dikatakan berkembang dan maju manakala ditandai dengan perkembangan di bidang pendidikan dan teknologi. Perguruan tinggi di Indonesia, baik yang berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi dan sebagainya membekali mahasiswa dengan ilmu terapan dengan alasan agar mahasiswa lulusan mampu bersaing dalam dunia kerja. Perguruan tinggi berlomba-lomba untuk menjadi lembaga yang berkualitas, karena jika perguruan tinggi kualitasnya baik, maka akan mampu melahirkan mahasiswa- mahasiswa yang berkualitas juga, dan mampu mendidik, membimbing dan mencetak lulusan yang yang unggul, sehingga sudah siap terjun dalam pasar kerja.

Perguruan tinggi memiliki kewajiban unruk mentransfer ilmu pengetahuan (Transfer of Knowladge) terhadap mahsiswa dan memiliki tanggung jawab yang besar membekali mahasiswa selaku calon tenaga kerja profesional dengan keterampilan hard skill untuk menyiapkan diri dalam dunia kerja yang di butuhkan. Akan tetapi dalam realita tidak hanya cukup dengan keterampilah saja dalam dunia kerja, ada satu indikator yang sangat krusial di butuhkan oleh dunia kerja, yaitu nilai-nilai karakter, moral dan tingkah laku, soft skill yang baik, sehingga perguruan tinggi wajib hukumnya membekali mahsiswa dengan soft skill sebagai bekal mahasiswa dalam berinteraksi dengan lingkunagan masayarak, dan lingkungan industri, wabil khusus bagi LPTK yang noatabene mencetak tenaga profesional dalam bidang pendidikan.

Pendidikan moral, karakter (soft skill) memerlukan jangka waktu panjang untuk menghasilkan insan yang mampu beradaptasi dengan dunia kerja . Hasil dari pendidikan itu baru dapat dilihat dan

dirasakan pada generasi berikutnya dan masa depannya. Apakah seseorang itu tumbuh dewasa, bermanfaat, memiliki sikap kreatif, unggul, cekatan dan sigab serta bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar terutama dalam lingkungan dunia kerja. Kemampuan ini merupakan karakteristik yang dimiliki individu dalam merespon lingkungannya.

Perubahan yang cepat di dunia kerja sebagai akibat dari globalisasi dunia kerja dan revolusi di bidang teknologi serta berbagai disiplin science lainnya menuntut evaluasi terhadap kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Evaluasi juga penting dilakukan agar dunia pendidikan tinggi tidak terpisah dan berjarak dari dunia kerja yang riil yang ada di masyarakat.

Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya unggul di dalam hard skill saja melainkan juga harus disertai dengan karater, moral, soft skill yang unggul. Dunia pendidikan mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata didapat dari pengetahuan dan tehnik keterampilan hard skill semata. Tapi lebih-lebih kemampuan mengolah diri dan orang lain (soft skill).

Realita pendidikan di Indonesia lebih menekankan bagi muatan akademik (hard skill) ketimbang karakter dan kemampuan beradptasi dengan lingkungan (soft skill), padahal soft skill merupakan kemampuan yang harus benar-benar di kuasai dalam diri seseorang guna bisa hidup lebih baik dan bermanfaat bagi semua bidang terutama dalam meniti masa depan (karir). Melihat pada era industri 4.0 yang sudah gencar-gencarnya di peraktekkan di seluruh negara di dunia ini, dan perkembangan pasar bebas menuntut dikuasainya berbagai kemampuan oleh tenaga kerja terlebih tenaga kerja pendidikan. Kemampuan tersebut tidak hanya berupa kecerdasan intelektual, akademik yang berupa hard skill, tetapi juga kecerdasan emosi dan spiritual yang berada di dalam lingkup soft skill.

Hard skill pada bidang tertentu yang ditunjukkan melalui kesiapan kerja seseorang, sedangkan soft skill atau kecerdasan emosional dan spiritual berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk bekerja yang dideskripsikan sebagai kompetensi interpersonal dan intrapersonal dan berkaitan dengan karakteristik seseorang itu sendiri. Kedua kemampuan tersebut akan membantu lulusan perguruan tinggi ketika mencari kerja, bersaing dan keberhasilan kerja.

Perguruan tinggi merupakan sebuah sub sistem yang mempersiapkan tamatannya untuk memasuki dunia kerja, karena hal itulah maka perguruan tinggi harus sejak dini memperhatikan kandungan atribut soft skills dalam proses pembelajaran. Penguasaan iptek diperlukan sebagai bentuk telah dikuasainya materi dan keahlian sedangkan penguasaan soft skill diperlukan agar supaya cepat berhasil dalam persaingan di dunia kerja. Mahasiswa yang memiliki soft skill tinggi, maka mahasiswa tersebut lebih mudah memenangkan persaingan, lebih cepat beradaptasi, tanggap terhadap situasi yang ada dan akhirnya sukses dalam karirnya. Penelitian yang di lakukan oleh Netty Lisdiantini (2019), menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara softskil dengan kesiapan kerja mahasiswa.

Sistem pedidikan wajib menyeimbangkan antara hard skill berupa keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan oleh stakeholders dengan Soft Skill yaitu kebutuhan jangka panjang berupa. Dalam proses pembelajaran soft skill merupakan hidden curriculum yang harus di implementasikan dalam setiap kegiatan belajar mengajar.

Namun demikian berbagai pendapat yang mengatakan bahwa pengusasaan soft skill belum sepenuhnya di kuasai oleh lulusan perguruan tinggi, sehingga masih banyak mahasiswa yang menganggur dan belum terserap oleh dunia kerja. Selama ini penguasaan dan kemampuan soft skill belum sepenuhnya di berikan di dalam perkuliahan hanya diberikan pada materi pendukung saja. Dengan kata lain tidak sepenuhnya diberikan di dalam proses belajar, oleh karena itu kemampuan soft skill dapat menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran guna membentuk perilaku dan sikap tenega kerja profesional baik di bidang pendidikan dan non pendidikan.

Untuk menghasilkan lulusan yang profesional, berkualitas dan berkompetensi di dalam dunia kerja, maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis yang memungkinkan lulusan atau output dari perguruan tinggi mampu melakukan pekerjaan dengan baik tanpa adanya hambatan, rintangan baik sebagai tenaga pendidik maupun non pendidik. Untuk itu perlu adanya reorentasi pembelajaran yang mengarah kepada dunia kerja yang selalu berubah dan berkembang sehingga output dari dunia pendidikan bisa diterima di tengah-tengah masyarakat.

STKIP PGRI Sumenep merupakan satu-satunya Kampus LPTK dibawah naungan PGRI, yang mana STKIP PGRI Sumenep memiliki enam Prodi, yaitu salah satunya adalah Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang fokusnya adalah bagaimana mencetak guru sekolah dasar yang unggul dan mampu bersaing di dunia kerja yaitu menjadi pendidik. Unttuk menyiapkan mahsiswa menghadapi dunia kerja setelah lulus, maka mahasiswa di bekali berbagai ketrampilah baik hard skill maupun soft skill.

Dalam tulisan ini mencoba untuk mengkaji Peran Soft Skill Mahasiswa Terhadap Kesiapan Kerja Profesional Di Bidang Pendidikan Adapun sistematika pembahasan dalam tulisan ini, antara lain: kajian konsep tentang Soft Skill, Kesiapan Kerja dan bagaimana Peran Soft Skill Mahasiswa Semester Akhir Prodi PGSD STKIP Sumenep Terhadap Kesiapan Kerja.

PEMBAHASAN

Deskripsi Soft skill dan Kesiapan Kerja

  1. Pengertian Soft Skill

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan tehnologi maka permintaan dunia kerja terhadap kriteria calon pekerja dirasa semakin tinggi saja. Dunia kerja tidak hanya memprioritaskan pada kemampuan akademik (hard skills) yang tinggi saja, tetapi juga memperhatikan kecakapan dalam hal nilai-nilai yang melekat pada seseorang atau sering dikenal dengan aspek soft skills. Kemampuan ini dapat disebut juga dengan kemampuan non teknis yang tentunya memiliki peran tidak kalah pentingnya dengan kemampuan akademik. Soft Skill dan hard skill memberikan pengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa sebagai salah satu penunjang untuk dapat survive di dunia kerja. Robiyati Podungge,Agus Hakri Bokingo, Exzalin Hilala (2023).

Soft Skills adalah sikap, perilaku atau karakter individu yang ada dalam diri masing- masing. Menurut Berthhall ( dalam Diknas, 2004: 72) Soft Skill atau keterampilan lunak merupakan tingkah laku personal dan interpersonal yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia (melalui pelatihan, pengembangan kerja sama tim, inisiatif, pengambilan keputusan lainnya. Keterampilan lunak ini merupakan modal dasar peserta didik untuk berkembang secara maksimal sesuai pribadi masing-masing.

Soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual. Atribut soft skills, dengan demikian meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. Atribut soft skills ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap. Namun, atribut ini dapat berubah jika yang bersangkutan mau merubahnya dengan cara berlatih membiasakan diri dengan hal-hal yang baru.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya soft skills merupakan kemampuan yang sudah melekat pada diri seseorang, seperti kemampuan mengolah diri sendiri, berinteraksi, komonikasi deng lingkungan, tetapi dapat dikembangkan dengan maksimal dan dibutuhkan dalam dunia pekerjaan sebagai pelengkap dari kemampuan hard skills. Keberadaan antara hard skills dan soft skills sebaiknya seimbang, seiring, dan sejalan.

Ada tiga cara untuk mengembangkan soft skill

  1. hard work (kerja keras).

Untuk memaksimalkan suatau kerja tentu butuh upaya kerja keras dari diri sendiri maupun lingkungan. Hanya dengan kerja keras, orang akan mampu mengubah garis hidupnya sendiri. Melalui pendidikan yang terencana, terarah dan didukung pengalaman belajar, peserta didik akan memiliki daya tahan dan semangat hidup bekerja keras. Etos kerja keras perlu dikenalkan sejak dini di sekolah melalui berbagai kegiatan intra ataupun ekstrakurikuler di sekolah. Peserta didik dengan tantangan ke depan yang lebih berat tentu harus mempersiapkan diri sedini mungkin melalui pelatihan melakukan kerja praktik sendiri maupun kelompok.

  • Kemandirian(Independent)

Ciri peserta didik mandiri adalah responsive, percaya diri dan berinisiatif. Renponsif berarti peserta didik tanggap terhadap persoalan diri dan lingkungan. Sebagai contoh bagaimana peserta didik tanggap terhadap krisis global warming dengan kampanye hijaukan sekolahku dan gerakan bersepeda tanpa motor. Menjaga kepercayaan diri seorang peserta didik untuk memaksimalkan potensi peserta didi harus sinergis dengan kerja kerasnya.

  • kerja sama tim (Team Work)

Keberhasilan adalah buah dari kebersamaan. Keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok adalah pola klasik yang masih relevan untuk menampilkan karakter ini. Pola pelatihan outbond yang sekarang marak diselenggarakan merupakan pola peniruan karakter ini

Soft skill merupakan kemampuan seseorang untuk bisa menghadapi tantangan baru yang dalam kontek penelitian ini adalah dunia kerja atau karir, agar supaya menjadi tenaga kerja yang profesional dan berkompeten di bidang pendidikan.

Depdiknas (2004) merinci kecakapan hidup menjadi kecakapan hidup generik dan kecakapan hidup spesifik.

  1. kesadaran diri,
    1. kecakapan berpikir
    1. kecakapan komunikasi, dan
    1. kecakapan bekerjasama

Pengembangan aspek-aspek kecakapan hidup tersebut dapat diintegrasikan dengan substansi mata kuliah atau bahkan sebagai metoda pembelajarannya. Misalnya jika komunikasi dan kerjasama lisan ingin dikembangkan bersama topik tertentu di , maka aspek itu dikembangkan ketika topik tersebut dibahas, misalnya ada diskusi dan kerja kelompok. Kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat dan memahami pendapat orang lain, serta kemampuan bekerjasama memang dirancang dan diukur hasilnya dalam pembelajaran topik tersebut. Bahkan jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja keras (aspek-aspek pada kesadaran diri) perlu dikembangkan oleh semua dosen, pada semua topik dan bahkan dijadikan pembiasaan. Secara sengaja, semua matakuliah mengembangkan sikap-sikap tersebut, sehingga merupakan pembiasaan (sistem)

Dari contoh di atas, budaya kampus atau sekolah memang harus dirancang dan dilakukan dengan keteladanan. Pimpinan lembaga, dosen atau guru, karyawan dan bahkan orangtua siswa dapat berunding bagaimana memulai dan mengembangkan budaya itu. Pada jenjang tertentu tertentu, siswa juga dapat dilibatkan untuk merancang dan memutuskan budaya apa yang akan dikembangkan, termasuk sangsi apa yang diberikan bagi mereka yang tidak mematuhinya.

2.    Pengertian Kesiapan Kerja

Hal ini sejalan dengan pengertian kesiapan kerja menurut Anni (2006: 11) yaitu kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu, yang mencakup kesiapan mental (kesiapan mental untuk bertindak), kesiapan jasmani (kesiapan jasmani untuk bertindak) dan kesiapan keinginan (kesiapan keinginan untuk bertindak). Kesiapan peserta didik sebagai calon tenaga kerja

merupakan suatu kondisi individu dari hasil pendidikan dan latihan atau keterampilan yang mampu memberikan jawaban terhadap situasi dalam suatu pelaksanaan pekerjaan.

Kesiapan kerja adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan ketentuan, tanpa mengalami kesulitan dan hambatan dengan hasil maksimal dalam dunia kerja. Baiti, dkk., (2017), menyatakan bahwa kesiapan kerja mahasiswa menyangkut faktor mahasiswa yang bersangkutan harus dapat mengimbangi tuntutan produktivitas dan kualitas serta kinerja suatu. Lebih lanjut dikatakan bahwa kesiapan kerja menyangkut tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor) dan sikap (afektif).

Menurut Lindar Riani S (2020), Kesiapan kerja adalah suatu kondisi yang menunjukkan kondisi fisik, kematangan terhadap mental, dan juga pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dimana orang tersebut mempunyai sebuah kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan yang telah ditekuninya. Kesiapan kerja dapat dicapai melalui proses pendidikan dan pengalaman masa lalu, baik selama menempuh pendidikan sejak Sekolah Dasar maupun pengalaman-pengalaman yang dialami dalam kehidupan nyata. Sedangkan pendidikan tinggi lebih menekankan pada kesiapan kerja yang spesifik dan mengarah pada bidang kerja tertentu.

Kesiapan kerja bagi mahasiswa sangatlah penting. Hal ini dikarenakan setelah lulus kuliah, sebagian atau semua mahasiswa akan menghadapi satu jenjang hidup yang lebih tinggi yaitu bekerja. Mahasiswa yang akan menjadi calon pekerja akan merasakan bahwa bekerja itu tidaklah mudah. Semua jenis pekerjaan perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Pekerjaan serendah apapun perlu ada persiapan untuk dapat melakukannya.

3.    Peran Soft Skill Mahasiswa Terhadap Kesiapan Kerja.

Tenaga kerja yang professional membutuhkan kecakapan secara khusus, baik secara keterampilan maupun pengetahuan terlebih kemapuan di bidang Soft Skill, yaitu moral, karakter dan kemapuan berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Nabila Ikrima Jeklor Putri (2020), bahwa profil soft skill dan hard skill mahasiswa dalam memasuki dunia kerja secara keseluruhan termasuk kedalam kategori tinggi yaitu dengan indikator etika kerja, kerjasama, disiplin, penyesuaian terhadap norma-norma dan kategori sedang pada indikator kecakapan berbahasa dan percaya diri. Hal itu sesuai dengan Hasil penelitian NACE (National Asssociation of Colleges and Employers) pada tahun 2005 menyebutkan bahwa umumnya pengguna tenaga kerja membutuhkan keahlian kerja berupa 80% soft skills dan 20% hard skills.

Berdasarkan hasil penelitian yng di lakukan oleh Didik Suryanto (2013), maka dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan profil soft skill mahasiswa dalam memasuki dunia kerja dari 49 orang responden berada dalam kategori tinggi dengan tingkat capaian 65% yang terdiri dari: pada indikator etika kerja berada pada kategori tinggi yaitu dengan tingkat capaian 63%, pada indikator kerjasama berada pada kategori tinggi yaitu dengan tingkat capaian 69,4%, pada indikator kecakapan berbahasa berada pada kategori sedang yaitu dengan tingkat capaian 44,9%, pada indikator penyesuaian terhadap norma-norma berada pada kategori tinggi yaitu dengan tingkat capaian 59%, pada indikator disiplin berada pada kategori tinggi yaitu dengan tingkat capaian 53,1%, pada indikator percaya diri berada pada kategori sedang yaitu dengan tingkat capaian 69,39%, dan pada indikator sopan santun berada pada kategori tinggi yaitu dengan tingkat capaian 61%. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa profil soft skill yang dimiliki mahasiswa Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam memasuki dunia kerja untuk indikator etika kerja, kerjasama, penyesuaian terhadap norma- norma, disiplin, dan sopan santun berada pada kategori tinggi. Untuk indikator kecakapan dalam berbahasa dan percaya diri berada pada kategori sedang. Sedangkan prioritas soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja adalah kemampuan komunikasi, integritas, disiplin dan kerjasama. Berbeda dengan soft skill yang diprioritaskan oleh guru adalah etikaa dan moral serta komitmen dan disiplin.

Jadi Peran Soft Skill mahasiawa sangat di butuhkan dalam menyiapkan diri untuk memasuki dunia kerja terutama dalam menjadi pendidik yang sesuai dengan harapan. soft skills merupakan salah satu syarat yang mutlak guna memperoleh kesiapan kerja yang cakap dikemudian hari.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi tenaga kerja memerlukan suatu keahlian, kemahiran dan kecakapan diri yang dalam hal ini disebut soft skill. Indikator soft skill yang harus dimiliki oleh mahasiswa Semester Akhir Prodi PGSD STKIP PGRI Sumenep dalam menyiapkan diri memasuki tenaga kerja adalah kemampuan beradaptasi, moral, etika kerja, kerjasama, penyesuaian terhadap norma-norma, disiplin, dan sopan santun. Semakin tinggi soft skill yang dimiliki oleh seseorang (mahasiswa) maka semakin besar peluang untuk dapat di terima dalam dunia kerja.

Beberapa saran yang dapat dikemukan berdasarkan hasil kajian yang diperoleh sehubungan peran soft skill mahasiswa terhadap kesiapan kerja mahasiswa sanagat diharapkan saat proses pembelajaran, dosen dapat mengembangkan dan memberikan model, metode belajar yang dapat mengasah bermasacam kecerdasan yang dimiliki oleh mahasiswa, sehingga memberikan pengaruh yang signifikan bagi peningkatan kemapuan dan prestasi belajar mahasiswa. Bagi mahasiswa diharapkan dapat mengenali diri sendiri, karakter dan soft skills yang ada pada diri masing-masing mahasiswa. Karena kecakapan soft skills tidak selalu muncul secara alami dari dalam diri mahasiswa, namun ia juga dapat dilatih dan dikembangkan dengan baik sehingga di kemudian hari diharapkan dengan kemampuan soft skills yang berkarakter maka akan memudahkan para mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja terutama dalam dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Chatarina, Tri. (2006) Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Pres.

Baiti, R. D., Abdullah, S. M., Rochwidowati, N. S. (2017). Career Self-Efficacy dan Kesiapan Kerja pada Mahasiswa Semester Akhir. Jurnal Psikologi Integratif, Volume 5 Nomor 2 (tahun 2017): Hlm 128-141. Diakses 20 Juli

Depdiknas RI. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup: Buku I. Edisi 2. Jakarta: Depdiknas RI.

Didik Suryanto. 2013. Relevansi soft skill yang dibutuhkan dunia usaha/industri dengan yang dibelajarkan di sekolah menengah kejuruan. Jurnal Teknologi dan Kejuruan. Vol. 36 No. 2 (Tahun 2013): Hlm 117-191. Diakses 20 Juli.

Lindar Riani S, Amsal Amri, Abdul Wahab Abdi. 2020. Hubungan Prestasi Belajar Dan Soft Skills Dengan Kesiapan Kerja Mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi Fkip Unsyiah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah. Volume 5 Nomor 1 (Februari 2020): Hal 33-40. Diakses 20 Juli

Nabila Ikrima Jeklor Putri, Lucy Fridayati. 2020. Profil Soft Skill Dan Hard Skill Mahasiswa Dalam Memasuki Dunia Kerja. Jurnal Kapita Selekta Geografi. Volume 3 Nomor 1.(Januari 2020): Hlm 22- 28. Diakses 20 Juli.

Netty Lisdiantini, Prasetyo Yekti Utomo, Yosi Afandi. 2019. Pengaruh Soft Skill Terhadap Kesiapan Kerja Pada Mahasiswa Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Madiun. Epicheirisi. Volume 3 Nomor 2 (Tahun 2019): Hlm 1-8. diakses 20 Juli

Robiyati Podungge,Agus Hakri Bokingo, Exzalin Hilala (2023). Peran Self Efficacy, Soft Skill, Dan Hard Skill Terhadap Peningkatan Kesiapan Kerja Bagi Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Gorontalo. SEIKO : Journal of Management & Business. Volume 6 Issue 2 (2023) Pages 224 – 232

Artikel Lainnya